1609079883_b17cce796af5272108d2.jpg

Malaikat, Tolong Sampaikan Pesanku Pada-Nya!

Penulis

layouter

desainer_cover

penerbit

alamat_penerbit

tebal_buku

edisi

tahun_terbit

Judul buku : Aku dan Malaikat 

Pengarang : Ni Putu Sasti Wulandari Dwipa 

Penerbit : Madyapadma Journalistic Park, SMAN 3 Denpasar 

Tahun terbit : 2020

Cetakan : 1 

Jumlah halaman : 38 halaman 

"Doa menjadi jembatan ketika relung hati tak bisa lagi menahan rasa rindu" 

Salah satu untaian kalimat puitis dalam puisi berjudul "Aku dan Malaikat" yang merupakan bagian dalam buku antologi karya Ni Putu Sasti Wulandari Dwipa ini. Menceritakan tentang seseorang yang kehilangan sosok yang ia sayang dan seolah berharap dan memohon kepada malaikat agar orang yang ia sayangi itu diberi kedamaian. 

Buku antologi puisi ini terdiri dari 18 puisi yang dikemas dalam 38 halaman dengan tema yang berbeda-beda. Seperti puisi "Hari Penentu" mengisahkan hari dimana rakyat memilih dan menyambut sang pemimpin baru. Ada pula "Suara Hati Tentang Kamu" memiliki makna yang dalam, tentang cinta tak terbalas. Penulis berhasil membuat pembaca larut dalam puisi tersebut dengan pemilihan diksi yang tepat, menyelami kata demi kata yang penuh makna. Penulis juga seolah mengajak pembaca bermain teka-teki dalam puisi berjudul "Terbunuh Oleh Waktu", menerka-nerka sosok dibalik kata 'aku' yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. 

"Aku dan Malaikat" merupakan salah satu puisi dalam buku antologi ini, menceritakan tentang seseorang yang kehilangan sosok yang ia sayang dan seolah berharap dan memohon kepada malaikat agar diberikan keajaiban supaya bisa bertemu walaupun hanya sekali saja. Apabila permintaannya dianggap berlebihan dan tak bisa dipenuhi, maka ia berharap orang yang ia sayangi itu senantiasa diberikan kedamaian. Tak hanya itu, masih ada 17 puisi menarik lainnya, seperti puisi "Hari Penentu" mengisahkan hari dimana rakyat memilih dan menyambut sang pemimpin baru. Lalu ada puisi "Aku Ingin Pulang" yang menyiratkan rasa sedih dan pilu seseorang yang kehadirannya tak pernah dianggap dan membutuhkan tempat untuk bersandar. Kisah cinta tak terbalas pun juga tertuang dalam puisi berjudul "Suara Hati Tentang Kamu". Pada puisi "Teratai untuk Ibu" menceritakan rasa penyesalan seorang anak kepada ibu, dan kini berusaha melindungi ibunya. Kemudian ada puisi "Terbunuh Oleh Waktu" seolah mengajak pembaca bermain teka-teki, menerka-nerka sosok dibalik kata 'aku' yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. 

Sampul dari buku terbitan Madyapadma ini dibuat cukup menarik. Gambar ilustrasi siluet manusia bersayap sedang mengulurkan tangan pada seorang anak berhasil mempresentasikan judul buku, serta siluet berwarna hitam tersebut sangat kontras dengan latar berwarna pastel cerah, sehingga dapat terlihat jelas, begitu pun dengan tulisan judulnya. Di dalam buku juga disertai ilustrasi-ilustrasi berwarna yang menambah kelebihan buku ini. Namun berkebalikan dengan sampul depan, sampul belakang buku yang berisi sinopsis, tulisannya justru dibuat berwarna putih dengan latar warna pastel cerah sehingga membuat tulisan susah terbaca. Serta dalam buku juga masih terdapat beberapa kesalahan pengetikan. (Putu Jyotira Dias)