
Ima G. Elhasni
Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya
Karya
Pers : Bukan Sekedar Bungkus Kacang
Bio Penulis
Tumbuh bersama sosok ayah seorang wartawan membuat gadis yang kerap disapa Ima Gita ini mulai tumbuh menjadi seorang penulis. Brawal dari bangku SMP, Ima Gita mulai aktif di dunia jurnalistik. "Dari SMP aku udah aktif jurnalistik, dulu itu aku jadi ketua majalah di ekstra jurnalistik, namanya Genitri," aku Ima Gita.
Bak kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Memiliki sosok ayah seorang wartawan, membuat Ima G. Elhasni tertarik terjun ke dunia jurnalistik. Bakat yang diwarisi oleh sang ayah membuat gadis pecinta warna ungu ini mulai menekuni bidang tulis menulis. "Dulu awalnya aku ngikut bapak, karena bapak kan wartawan. Terus pas SMA keterusan deh, dan kebawa sampai sekarang. Lebih tepatnya karena kebiasaan," papar gadis kelahiran Denpasar, 26 Februari 1999 ini.
Satu tulisan yang masih membekas segar di benaknya adalah pengalaman menuli saat mengikuti seleksi prestasi di SMAN 3 Denpasar. "Aku paling inget waktu aku buat tulisan seleksiku untuk masuk SMAN 3 Denpasar, soalnya waktu itu aku harus wawancara OSIS padahal itu hal yang jarang orang berani lakuin. Tapi karena dulu aku masih nggak tahu jadi aku berani-berani aja wawancaranya," ungkap mahasasiswa semester tujuh Universitas Gadjah Mada itu kala dihubungi via daring oleh Tim Madyapadma pada Rabu (16/12).
Bergelut dalam dunia tulis menulis sejak SMP, membuat gadis berzodiak Pisces ini sesekali disinggahi rasa bosan. Namun perkara jenuh itu tidak pernah menghentikan langkahnya. Gadis yang kerap dipanggil Ima ini punya solusi jitunya. "Waktu aku bosan aku berhenti nulis dulu. Aku ngambil kerjaan lain kaya ikut buat film, kadang ikut syuting-syuting gitu," jelas anak pertama dari dua bersaudara itu.
Lantas setelah melewati setapak panjang di dunia jurnalistik, membuat gadis pecinta warna ungu ini memiliki keinginan untuk melahirkan sebuah buku. "Waktu SMA aku sering liat buku-buku terbitan Madyapadma terus aku mikir kalau aku juga pengen buat buku hasil karyaku sendiri," tutur gadis asal Denpasar ini.
Tak menyangka, bak mimpi indah yang menjadi kenyataan, keinginan Ima untuk membuat buku terwujud. Putri dari pasangan Rofiqi Hasan dan Suwartini ini sukses menerbitkan sebuah buku kumpulan artikelnya bertajuk PERS: Bukan Sekedar Bungkus Kacang, "Isinya itu kumpulan artikel yang pernah aku buat selama ikut ekstrakulikuler Madyapadma. Artikel-artikel itu aku buat waktu ada lomba-lomba gitu, tapi belum ke-publish sama sekali," jelas Ima.
Walau empat tahun telah berlalu, buku PERS : Bukan Sekedar Bungkus Kacang tetap abadi menjadi pengalaman berharganya. “Buku itu jadi one of achievement (salah satu penghargaan - red) buat Ima waktu SMA sih. Walaupun Ima yang sekarang fokusnya udah beda, buku itu jadi pengingat kalau ‘Wih aku pernah nerbitin sesuatu loh’” aku mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu sambil tertawa.
Fatima Gita tak pernah menyangka tulisan-tulisan kecilnya dapat melahirkan karya abadi yang dapat bebas dinikmati. “Akhirnya aku bisa menikmati buah manis dari perjuangaku. Jangan malu untuk menulis, sesuatu yang besar juga terjadi dari langkah-langkah yang kecil," pesan Fatima Gita sarat akan makna. (nam)