Foto Penulis

I Dewa Ayu Diah Budiantari

Gara-Gara Bali TV

Karya

Bukan Ratna Manggali

Bio Penulis

Diah, begitu Ia biasa dipanggil. Gadis berparas ayu itu telah memiliki mimpi untuk membuat sebuah buku karyanya sendiri ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Uniknya mimpi tersebut muncul ketika dirinya pulang sedari acara anak di Bali TV. Lantas bagaimanakah perjalannya dalam menggapai mimpinya itu?

 

I Dewa Ayu Diah Budiantari atau yang kerap disapa Diah, menemukan mimpinya dengan cara yang tak biasa. Siapa sangka dirinya malah menemukan keinginan untuk menulis sebuah buku sepulang dari acara anak di Bali TV. "Aku dapet buku kumpulan puisi yang ditulis anak seumuran. Jadi semacam ‘Ih dia masih sekecil aku udah punya buku’, jadi pengen," tutur gadis pecinta nasi goreng tersebut. Gadis kelahiran Gianyar, 15 Oktober 1997 ini mengaku bahwa dirinya memang gemar membaca. Sehingga terpikirkan dibenaknya untuk menulis layaknya penulis-penulis yang karyanya telah dibaca oleh gadis berzodiak Libra itu. Salah satu penulis yang Diah kagumi adalah Ayu Utami "Tulisan dia tuh buat aku ngerasa masuk ke dalam ceritanya," ungkap Diah ketika diwawancarai via daring oleh tim Madyapadma pada Minggu (20/12).

 

Selama berkiprah di dunia menulis, gadis berumur 23 tahun itu sudah menerbitkan dua karya, diantaranya Bukan Ratna Manggali yang berisikan cerpen dengan tema perempuan. Dirinya juga sempat menulis buku kumpulan opini tentang Pemilihan Umum "Aku nulis tentang pemilih pemula," ungkap gadis yang menyukai warna biru tua tersebut.

 

Namun, nyatanya jalan yang dilalui tidaklah semulus itu. Ada banyak kerikil mungil ataupun besar di setapak jalan menuju mimpinya. Tak dapat dipungkiri, ada saja gangguan eksternal yang cukup mengganggu jemari-jemarinya yang fokus menari. "Lagi asik ngetik ibu teriak ‘Diah, nyapu’ atau adik buka pintu tiba-tiba minta tolong anterin ke mana gitu," ucapnya sambil tertawa ringan. Walau begitu, hal itu tidak menghentikan langkahnya untuk menulis. Diah acapkali menulis ketika tengah malam sehingga tidak ada lagi gangguan eksternal yang dirasakannya sebab suasana tengah malam tenang dan damai.

 

Ketika ditanya perihal karyanya yang paling berkesan Diah merasa buku Bukan Ratna Manggali cukup berkesan baginya. "Aku kaget banget suatu hari dikontak sama orang ISI Yogyakarta. Dia izin pakai ceritaku itu jadi film pendek buat tugas dia," aku gadis penyuka jus mangga tersebut. Walau demikian, anak pertama dari dua bersaudara itu mengaku jika dirinya merasa masih ada kekurangan dari tulisannya tersebut.

 

Keberanian menjadi poin penting yang dipegang oleh Diah selama dirinya berkiprah di dunia menulis. Menurut gadis yang suka mendengarkan lagu itu, jangan pernah mundur sebelum perang hanya karena melihat lawan dengan senjata-senjata yang jauh lebih baik dari kita. "Kalau kita nggak coba, nggak bakal ada yang namanya upgrade senjata sendiri. Karena untuk upgrade kita butuh pengalaman melawan musuh,” tutupnya sarat akan makna.